Jumat, 08 Maret 2019

Ketika DI Suruh Ibu Mengasih Berkas Ke Tante Tyas

Ketika DI Suruh Ibu Mengasih Berkas Ke Tante Tyas


Di depan rumahku ada seorang ibu muda yang sebenarnya tidak cantik tapi sangat menarik. Dia sudah bersuami dan mempunyai 3 anak.

Umurnya kira-kira antara 38-40 tahunan tapi wajah dan bodinya kelihatan lebih muda 10 tahun. Sebut saja namanya tante Tyas. Tante Tyas ini bekerja di instansi pemerintah di mana ibuku juga bekerja di sana, jadi mereka teman sekantor.

Kisah ini berawal seringnya aku disuruh oleh mamaku untuk menyerahkan berkas-berkas pekerjaan kepada tante Tyas. Sehingga aku pun menjadi akrab dengannya.

Pada malam itu seperti biasanya mama menyuruhku ke tempat rumah tante Tyas untuk menyerahkan berkas-berkas pekerjaan tersebut, sekalian aku berpamitan keluar untuk bermain.
Kuketuk pintu rumahnya beberapa kali sampai capek ku menunggu di depan rumahnya.

Kok kelihatan sepi, apa pada bepergian, tapi mobilnya tante Tyas ada di garasi, gumamku dalam hati. Tak lama kemudian pintu dibuka oleh wanita muda kira-kira umurnya 20 tahunan yang ternyata adalah pembantunya tante Tyas.

“Tante Tyas-nya ada mbak Arum”, tanyaku padanya.
“Oh ada dik Miki, masuk dulu tante Tyas masih mandi”, kata mbak Arum sambil menyalakan lampu ruang tamu.

Baca Juga - Rasa Memek Gadis Kecil Seorang Gelandangan

Aku duduk termenung sendirian dan untuk yang kesekian kalinya aku meminum sirup dingin yang sedari tadi disuguhkan oleh mbak Arum. 5 menit kemudian dari ruang tengah tampak tante Tyas keluar dari kamar mandinya dengan tubuh cuma ditutup oleh handuk.
“Wow padat juga tubuhnya ya,” kataku dalam hati.
“Eh dik Miki, udah lama ya nunggunya”.
Aku masih tetap terpaku melihat tubuhnya yang indah dan padat berisi yang tidak tertutup seluruhnya oleh handuk tersebut.
“Dik, lihat apa’an sih kok cuman bengong?”
“Eh anu……. ‘te lihat….. susu eh lihat paha ding…. eh nggak lihat apa-apa kok ‘te”, jawabku kebingungan.

“Dik Miki ini ada-ada saja. Disuruh ibu ya, di kamar tante saja ya nyerahin berkasnya, tante tunggu lho!”
Aku tambah kebingungan, kok tumben ngomong kayak gituan. Dengan polosnya aku ikuti kata-katanya tadi.

Sampai ku di depan pintu kamarnya ku ketuk pintu itu, dan dari dalam terdengar jawaban untuk menyuruhku masuk. Ku buka pintu kamarnya dengan hati-hati. Setelah ku masuk di kamarnya, betapa kagetnya aku melihat tubuh mulus telanjang tante Tyas telah terlentang menantang di atas ranjang.

“Ini kan yang selama ini kamu bayangkan dan inginkan dariku, ya kan Mik?”
Aku tidak menjawabnya karena aku masih belum sadar dari kebingunganku atas apa yang kulihat di depan mataku sekarang ini.

“Sini Mik, naik ke ranjang puasin tante ya, nggak perlu malu, ini kan yang kamu penginin”
Aku menuruti kata-kata tante Tyas dengan naik ke ranjangnya. Tiba-tiba tanganku dipegangnya lalu diarahkan ke payudaranya yang kira-kira berukuran 34c. Diletakkannya tanganku dan kuremas-remas payudaranya yang sebelah kiri dan kepalaku menciumi dan mejilati payudaranya yang sebelah kanan dengan birahi yang sudah meninggi.

“Oouugghh… oouugghh…. sedot terus Mik …. oouugghh.. digigit dong!!!”, tante Tyas rupanya sudah terlelap dalam birahinya juga. Matanya merem melek menikmati payudaranya yang sedang kunikmati. Tiba-tiba tante Tyas melepaskan bajuku dan menyuruhku untuk terlentang.

Agen Bandarqiu Bonus Refferal 20%

Ternyata tante melepaskan juga celanaku dan memlorotkannya dengan nafsu yang bergelora. Seperti apa yang kuharapkan terjadi juga, penisku dilumat-lumatnya, disedotnya sampai gemetar tubuhku dibuatnya. Aku bergelinjangan menahan kenikmatan yang pertama kali aku rasakan.
“Mik, cium dong memek tante!”

Kucium memeknya yang berbulu tipis dan berbau wangi, rupanya tante Tyas merawat milik-nya dengan baik. Tante tyas bergelinjangan, mendesah-desah karena kujilati memeknya. Kumain-mainkan ‘kacang’-nya dengan lidahku dan kadang-kadang kutusuk lobang memek-nya. Tubuhnya semakin kehilangan kendali, semakin kurasakan lembabnya memeknya karena tubuhnya dirangsang dengan hebat.

“Mik tante sudah tidak kuat nih, masukin dong penismu!”
Bleeesss…… bleeesss….. bleeesss…… kusodok-sodok dengan keras dan tante Tyas mengimbanginya dengan goyangan pinggul dan pantatnya.
“Tante, Miki udah mau keluar… uuuhhhh… oooohhh…. uuuuhhh….”
“Tahan Miki… yeaah… ooouuuh… ”

Goyangan tante Tyas semakin liar yang membuat diriku semakin tidak tahan lagi, yang akhirnya… crrooott…. crrooottt….

Dan di dalam memeknya terasa hangat oleh cairan yang membanjir bersamaan dengan bergetarnya tubuh tante Tyas.

“Oouugghh….. ooouuuhhh… yeaahh.. yeaahh… uuhh… aku puas Mik, makasih ya !”
Kuambil bajuku dan kupakaikan meskipun tubuhku penuh keringat yang bercucuran. “Besok temenin tante lagi, ya Mik!”, desah tante Tyas dengan tubuh lemas dan masih bertelanjang.

Sesampaiku di rumah langsung disambut oleh mamaku, aku pun menjadi ketakutan kalau-kalau mamaku tahu apa yang baru saja terjadi. “Darimana saja kamu, main-main saja jadi lupa belajar, sudah sana ke kamar belajar”. Aku pun lega ternyata mamaku tidak tahu, aku pun berlari menuju kamarku sambil tersenyum karena aku telah menikmati apa yang belum aku rasakan sebelumnya.

Setelah kejadian itu, aku dan tante Tyas berbulan-bulan lamanya melakukan affair yang sangat hot. Kami lakukan itu kadang-kadang di rumah tante Tyas, kadang di hotel, kadang pernah juga di rumahku kalau lagi kosong. Pokoknya di mana ada tempat untuk bercinta pasti tidak akan kami lewatkan.

Hingga suatu malam di rumah tante Tyas seperti biasanya aku datang ke rumahnya. Aku langsung disambut mbak Arum, yang aku yakin dia sudah tahu tentang affairku dengan nyonya-nya.
“Masuk aja mas Miki,ibu sudah menuggu dari tadi”, sambutnya dengan ramah. Aku langsung masuk ke kamar tante Tyas dan kubuka langsung celana dan bajuku. Tante Tyas pun melakukan hal yang sama.

“Kok lama sih Mik, tante kan udah kedinginan nih!”, kata tante Tyas dengan manja dan menghampiriku untuk memeluk tubuhku dan menciumi bibirku, memasukkan lidahnya di mulutku sehingga lidahku pun saling ber-“silat lidah”. Sambil kucium ku buka tali BH-nya yang masih melekat di tubuhnya dan lalu kuciumi puting payudaranya yang sudah mengeras. Tante Tyas kubikin merem-melek.

Kudorong tubuhnya ke ranjang lalu kubuka celana dalamnya, langsung kuciumi memeknya yang sudah lembab. Kujilat-jilat naik turun dan kugigit “kacang”nya, begitu seterusnya sambil tanganku meremas-remas payudaranya.

“Ouugghh… oouugh… oouugghh… terus Mik… tante suka seperti ini….. oouuugghh….. yeeaahhh….”.
Dan kubalik arah tubuhku sehingga membentuk angka 69. Tante Tyas melumat-lumat penisku keluar masuk mulutnya dan memainkan lidahnya di “helm” penisku. Juga sesekali dia memainkan lidahnya di “telur” ku dari pangkal sampai ujung. Aku pun semakin terangsang menciumi memek-nya yang semakin membanjir.

“Oohh… uuhh… oouuhh… Mik Tante sudah tidak kuat lagi nih… ouughh… tante mau keluar, Mik”.
“Aku juga ‘te aahhh… uuhh… aku keluarin di dalem mulut ya ‘te.. aahhh… uuuhhh.. aauuhhgg….”
Tubuhku kami semakin menghebat dan kurasakan air maniku keluar deras ke mulutnya. Begitu juga mulutku terasa kemasukan lendir yang warnanya seperti air susu.

Kami pun rebahan saling berpelukan, dan 5 menit kemudian kami melakukan aktifitas senggama yang dari tadi belum kami lakukan. Langsung kumengkangkangkan kakinya sehingga memeknya terlihat jelas dan sangat tepat juga mudah untuk di-“tusuk” oleh penisku yang berukuran 15 cm dalam keadaan menegang.

Bleess… bleesss… keluar masuk penisku di memeknya yang disertai desahan yang menderu deru tante Tyas. “Ouggh… oouuugghh… eemmmmhhh…. uuhhh… yeahh.. uuuhh… yang keras dong Mik…. aahh.. uuhhh.. yeeahh..”. Semakin kurasakan basah di batang penisku, membuatku lebih bernafsu.

Kami pun berganti posisi, aku yang dibawah dan tante Tyas di atas menduduki tubuhku. Goyangan pantat dan pinggulnya kulihat jelas mengocok-ngocok penisku. Merem-melek tante Tyas sambil mendongakkan kepalanya merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Kudorong-dorong pantatku ke atas untuk menyeimbangkan gerakannya yang semakin menggila.

“Oh… oouuhh… Mik… Ouugh… enakkk… ouugh… yeaah… terruuusss….. yeeaahh….”.
“Tante aku mau keluar nih, udah nggak kuat… oogghh… uuuhhhh… mmmhhhh….”
“Tunggu dulu… Miikk…….. mmhhh… yeeaahh… tahan dulu Mikkhh….!”, lirih tante Tyas menahan kenikmatan yang hampir memuncak.

Agen Bandarqiu Bonus Turnover 0.3%

Goyangan kami pun semakin menggila, ke kanan-kiri, naik-turun dan tiba-tiba tubuh tante Tyas bergetar dan bergelinjang hebat, kurasakan cairan yang hangat dari dalam memek tante Tyas.
“Oouugghh….. uuuhh… uuugghh….. yeaaaahh…. mmmhhhh….. ouugghh yeaahhh…. uuuhhh… mmmmmhhh… aaahhhh…. yeeaahhh… tante sudah keluar Mik, sekarang giliran kamu, cayang!”
Kulepas penisku dan langsung diraih oleh tangannya tante Tyas untuk dimasukkan ke mulutnya, dikocok-kocok oleh tangannya yang lembut lalu dimasukkan lagi ke mulutnya, dimain-mainkan oleh lidahnya. Tidak lama kemudian maniku pun keluar. Crooott…. crooottt….. crooottt…. kusiramkan ke wajah tante Tyas dan dia menjilatinya dengan nikmat seperti menjilati es krim yang sudah mencair. Kita berdua pun tergelepar dengan keringat yang masih bercucuran setelah sedikit bekerja keras untuk mendapatkan satu kenikmatan. Tubuh kami yang masih bertelanjang saling berpelukan dan saling menciumi bibir dengan mesra.





Ibu Maya Yang Baik

 Ibu Maya Yang Baik

Ibu Maya Yang Baik

Setelah tamat dari SMU, aku mencoba merantau ke Jakarta. Aku berasal dari keluarga yang tergolong miskin. Di kampung orang tuaku bekerja sebagai buruh tani. Aku anak pertama dan memiliki dua orang adik perempuan, yang masih bersekolah.

Aku ke Jakarta hanya berbekal ijazah SMU. Dalam perjalanan ke Jakarta, aku selalu terbayang akan suatu kegagalan. Apa jadinya aku yang anak desa ini hanya berbekal Ijazah SMU mau mengadu nasib di kota buas seperti Jakarta. Selain berbekal Ijazah yang nyaris tiada artinya itu, aku memiliki keterampilan hanya sebagai supir angkot. Aku bisa menyetir mobil, karena aku di kampung, setelah pulang sekolah selalu diajak paman untuk narik angkot. Aku menjadi keneknya, paman supirnya. Tiga tahun pengalaman menjadi awak angkot, cukup membekal aku dengan keterampilan setir mobil. Paman yang melatih aku menjadi supir yang handal, baik dan benar dalam menjalankan kendaraan di jalan raya. Aku selalu memegang teguh pesan paman, bahwa : mengendarai mobil di jalan harus dengan sopan santun dan berusaha sabar dan mengalah. Pesan ini tetap kupegang teguh.

Di Jakarta aku numpang di rumah sepupu, yang kebetulan juga bekerja sebagai buruh pabrik di kawasan Pulo Gadung. Kami menempati rumah petak sangat kecil dan sangat amat sederhana. Lebih sederhana dari rumah type RSS ( Rumah Susah Selonjor). Selain niatku untuk bekerja, aku juga berniat untuk melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi. Dua bulan lamanya aku menganggur di Jakarta. Lamar sana sini, jawabnya selalu sama, ” tidak ada lowongan “.

Pada suatu malam, yakni malam minggu, ketika aku sedang melamun, terdengar orang mengucap salam dari luar. Ku bukakan pintu, ternya pak RT yang datang. Pak RT minta agar aku sudi menjadi supir pribadi dari sebuah keluarga kaya. Keluarga itu adalah pemilik perusahaan dimana pak RT bekerja sebagai salah seorang staff di cabang perusahaan itu. Sepontan aku menyetujuinya. Esoknya kami berangkat kekawasan elite di Jakarta. Ketika memasuki halaman rumah yang besar seperti istana itu, hatiku berdebar tak karuan. Setelah kami dipersilahkan duduk oleh seorang pembantu muda di ruang tamu yang megah itu, tak lama kemudian muncul seorang wanita yang tampaknya muda. Kami memberi hormat pada wanita itu. Wanita itu tersenyum ramah sekali dan mempersilahkan kami duduk, karena ketika dia datang, sepontan aku dan pak RT berdiri memberi salam ” selamat pagi”. Pak RT dipersilahkan kembali ke kantor oleh wanita itu, dan diruangan yang megah itu hanya ada aku dan dia si wanita itu.

” Benar kamu mau jadi supir pribadiku ? ” tanyanya ramah seraya melontarkan senyum manisnya. ” Iya Nyonya, saya siap menjadi supir nyonya ” Jawabku. ” jangan panggil Nyonya, panggil saja saya ini Ibu, Ibu Maya ” Sergahnya halus. Aku mengangguk setuju. ” Kamu masih kuliah ?” ” Tidak nyonya eh…Bu ?!” jawabku. ” Saya baru tamat SMU, tapi saya berpengalaman menjadi supir sudah tiga ahun” sambungku.

Wanita itu menatapku dalam-dalam. Ditatapnya pula mataku hingga aku jadi salah tingkah. Diperhatikannya aku dari atas samapi kebawah. ” kamu masih muda sekali, ganteng, nampaknya sopan, kenapa mau jadi supir ?” tanyanya. ” Saya butuh uang untuk kuliah Bu ” jawabku. ” Baik, saya setuju, kamu jadi supir saya, tapi harus ready setiap saat. gimana, okey ? ” ” Saya siap Bu.” Jawabku. ” Kamu setiap pagi harus sudah ready di rumah ini pukul enam, lalu antar saya ke tempat saya Fitness, setelah itu antar saya ke salon, belanja, atau kemana saya suka. Kemudian setelah sore, kamu boleh pulang, gimana siap ? ” ” Saya siap Bu” Jawabku. ” Oh..ya, siapa namamu ? ” Tanyanya sambil mengulurkan tangannya. Sepontan aku menyambut dan memegang telapak tangannya, kami bersalaman. ” Saya Leman Bu, panggil saja saya Leman ” Jawabku. ” Nama yang bagus ya ? tau artinya Leman ? ” Tanyanya seperti bercanda. ” Tidak Bu ” Jawabku. ” Leman itu artinya Lelaki Idaman ” jawabnya sambil tersenyum dan menatap mataku. Aku tersenyum sambil tersipu. lama dia menatapku. Tak terpikir olehku jika aku bakal mendapat majikan seramah dan se santai Ibu Maya. Aku mencoba juga untuk bergurau, kuberanikan diri untuk bertanya pada beliau. ” Maaf, Bu. jika nama Ibu itu Maya, apa artinya Bu ? ” ” O..ooo, itu, Maya artinya bayangan, bisa juga berarti khayalan, bisa juga sesuatu yang tak tampak, tapi ternyata ada.Seperti halnya cita-citamu yang kamu anggap mustahil ternyata suatu saat bisa kamu raih, nah,,,khayalan kamu itu berupa sesuatu yang bersifat maya, ngerti khan ? ” Jawabnya serius. Aku hanya meng-angguk-angguk saja sok tahu, sok mengerti, sok seperti orang pintar.

Jika kuperhatikan, body Ibu Maya seksi sekali, tubuhnya tidak terlampau tinggi, tapi padat berisi, langsing, pinggulnya seperti gitar sepanyol. Yang lebih, gila, pantatnya bahenol dan buah dadanya wah…wah…wah…puyeng aku melihatnya.

Dirumah yang sebesar itu, hanya tinggal Ibu Maya, Suaminya, dan dua putrinya, yakni Mira sebagai anak pertama, dan Yanti si bungsu yang masih duduk di kelas III SMP, putriny yang pertama sekolah model di Perancis. Pembantunya hanya satu, yakni Bi Irah, tapi seksinya juga luar biasa, janda pula !

Ibu Maya memberi gaji bulanan sangat besar sekali, dan jika difikir-fikir, mustahil sekali. Setelah satu tahu aku bekerja, sudah dua kali dia menaikkan gajiku, Katanya dia puas atas disiplin kerjaku. Gaji pertama saja, lebih dari cukup untuk membayar uang kuliahku. Aku mengambil kuliah di petang hari hingga malam hari disebuah Universitas Swasta. Untuk satu bulan gaji saja, aku bisa untuk membayar biaya kuliah empat semster, edan tenan….sekaligus enak…tenan….!!! dasar rezeki, tak akan kemana larinya.

Agen Terpercaya BandarQiu Bonus Turnover 0.3%

Masuk tahun kedua aku bekerja, keakraban dengan Ibu Maya semakin terasa. Setelah pulang Fitness, dia minta jalan-jalan dulu. Yang konyol, dia selalu duduk di depan, disebelahku, hingga terkadang aku jadi kagok menyetir, eh…lama lama biasa.

Disuatu hari sepulang dari tempat Fitnes, Ibu Maya minta diatar keluar kota. Seperti biasa dia pindah duduk ke depan. Dia tak risih duduk disebelah supir pribadinya. Ketika tengah berjalan kendaraan kami di jalan tol jagorawi, tiba-tiba Ibu maya menyuruh nemepi sebentar. Aku menepi, dan mesin mobil BMW itu kumatikan. Jantungku berdebar, jangan-jangan ada kesalahan yang aku perbuat.

” Man,?, kamu sudah punya pacar ? ” Tanyanya. ” Belum Bu ” Jawabku singkat. ” Sama sekali belum pernah pacaran ?” ” Belum BU, eh…kalau pacar cinta monyet sih pernah Bu, dulu di kampung sewaktu SMP” ” Berapa kali kamu pacaran Man ? sering atau cuma iseng ?” tanyanya lagi. Aku terdiam sejenak, kubuang jauh-jauh pandanganku kedepan. Tanganku masih memegang setir mobil. Kutarik nafas dalam-dalam. ” Saya belum pernah pacaran serius Bu, cuma sebatas cintanya anak yang sedang pancaroba” Jawabku menyusul. ” Bagus…bagus…kalau begitu, kamu anak yang baik dan jujur ” ujarnya puas sambil menepuk nepuk bahuku. Aku sempat bingung, kenapa Bu Maya pertanyaannya rada aneh ? terlalu pribadi lagi ? apakah aku mau dijodohkan dengan salah seorang putrinya ? ach….enggak mungkin rasanya, mustahil, mana mungkin dia mau punya menantu anak kampung seprti aku ini ?!

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kepuncak, bahkan sampai jalan-jalan sekedar putar-putar saja di kota Sukabumi. Aku heran bin heran, Bu Maya kok jalan-jalan hanya putar-putar kota saja di Sukabumi, dan yang lebih heran lagi, Bu Maya hanya memakai pakaian Fitness berupa celana training dan kaos olah raga. Setelah sempat makan di rumah makan kecil di puncak, hari sudah mulai gelap dan kami kembali meneruskan perjalanan ke Jakarta. Ditengah perjalanan di jalan yang gelap gulita, Bu Maya minta untu berbelok ke suatu tempat. Aku menurut saja apa perintahnya. Aku tak kenal daerah itu, yang kutahu hanya berupa perkebunan luas dan sepi serta gelap gulita. Ditengah kebun itu bu Maya minta kaku berhenti dan mematikan mesin mobil. Aku masih tak mengerti akan tingkah Bu Maya. Tiba-tiba saja tangan Bu Maya menarik lengaku. ” Coba rebahkan kepalamu di pangkuanku Man ?” Pintanya, aku menurut saja, karena masih belum mengerti. Astaga….setelah aku merebahkan kepalaku di pangkuan Bu Maya dengan keadaan kepala menghadap keatas, kaki menjulur keluar pintu, Bu Maya menarik kaosnya ketas. Wow…samar-samar kulihat buah dadanya yang besar dan montok. Buah dada itu didekatkan ke wajahku. Lalu dia berkata ” Cium Man Cium…isaplah, mainkan sayang …?” Pintanya. Baru aku mengerti, Bu Maya mengajak aku ketempat ini sekedar melampiaskan nafsunya. Sebagai laki-laki normal, karuan saja aku bereaksi, kejantananku hidup dan bergairah. Siapa nolak diajak kencan dengan wanita cantik dna seksi seperti Bu Maya.

Kupegangi tetek Bu Maya yang montok itu, kujilati putingnya dan kuisap-isap. Tampak nafas Bu Maya ter engah-engah tak karuan, menandakan nafsu biarahinya sedang naik. Aku masih mengisap dan menjilati teteknya. Lalu bu Maya minta agar aku bangun sebentar. Dia melorotkan celana trainingnya hingga kebawah kaki. Bagian bawah tubuh Bu Maya tampak bugil. Samar-samar oleh sinar bulan di kegelapan itu. ” Jilat Man jilatlah, aku nafsu sekali, jilat sayang ” Pinta Bu Maya agar aku menjilati memeknya. Oh….memek itu besar sekali, menjendol seperti kura-kura. tampaknya dia sedang birahi sekali, seperti puting teteknya yang ereksi. Aku menurut saja, seperti sudah terhipnotis. Memek Bu Maya wangi sekali, mungkin sewaktu di restauran tadi dia membersihkan kelaminnya dan memberi wewangian. Sebab dia sempat ke toilet untuk waktu yang lumayang lama. Mungkin disana dia membersihkan diri. Dia tadi ke tolilet membawa serta tas pribadinya. Dan disana pula dia mengadakan persiapan untuk menggempur aku. Kujilati liang kemaluan itu, tapi Bu Maya tak puas. Disuruhnya aku keluar mobil dan disusul olehnya. Bu Maya membuka bagasi mobil dan mengambil kain semacam karpet kecil lalu dibentangkan diatas rerumputan. Dia merebahkan tubuhnya diatas kain itu dan merentangnya kakinya. ” Ayo Man, lakukan, hanya ada kita berdua disini, jangan sia-siakan kesempatan ini Man, aku sayang kamu Man ” katanya setengah berbisik, Aku tak menjawab, aku hanya melakukan perintahnya, dan sedikit bicara banyak kerja. Ku buka semua pakaianku, lalu ku tindih tubuh Bu Maya. Dipeluknya aku, dirogohnya alat kelaminku dan dimasukkan kedalam memeknya. Kami bersetubuh ditengah kebun gelap itu dalam suasana malam yang remang-remang oleh sinar gemintang di langit. Aku menggenjot memek Bu Maya sekuat mungkin. ” jangan keluar dulua ya ? saya belum puas ” Pintanya mesra. Aku diam saja, aku masih melakukan adegan mengocok dengan gerakan penis keluar masuk lubang memek Bu Maya. Nikmat sekali memek ini, pikirku. Bu Maya pindah posisi , dia diatas, dan bukan main permainannya, goyangnyanya.

” Remas tetekku Man, remaslah….yang kencang ya ?” Pintanya. Aku meremasnya. ” Cium bibirku Man..cium ? Aku mencium bibir indah itu dan kuisap lidahnya dalam-dalam, nikmat sekali, sesekali dia mengerang kenikmatan. ” Sekarang isap tetekku, teruskan…terus…..Oh….Ohhhh…..Man…Leman…Ohhh…aku keluar Man….aku kalah” Dia mencubiti pinggulku, sesekali tawanya genit. ” kamu curang….aku kalah” ujarnya. ” Sekarang gilirang kamu Man….keluarkan sebanyak mungkin ya? ” pintanya. ” Saya sudah keluar dari tadi Bu, tapi saya tetap bertahan, takut Ibu marah nanti ” Jawabku. ” Oh Ya?…gila..kuat amat kamu ?!” balas Bu Maya sambul mencubit pipiku.

” Kenapa Ibu suka main di tempat begini gelap ?” ” Aku suka alam terbuka, di alam terbuka aku bergairah sekali. Kita akan lebih sering mencari tempat seperti alam terbuka. Minggu depan kita naik kapal pesiarku, kita main diatas kapal pesiar di tengah ombak bergulung. Atau kita main di pinggir sungai yang sepi, ah… terserah kemana kamu mau ya Man ?”

Selesai main, setelah kami membersihkan alat vital hanya dengan kertas tisue dan air yang kami ambil dari jiregen di bagasi mobil, kami istirahat. Bu Maya yang sekarang tidur di pangkuanku. Kami ngobrol panjang lebar, ngalor ngidul. Setelah sekian lama istirahat, kontolku berdiri lagi, dan dirasakan oleh kepala Bu maya yang menyentuh batang kejantananku. Tak banyak komentar celanaku dibukanya, dan aku dalam sekejap sudah bugil. Disuruhnya aku tidur dengan kaki merentang, lalu Bu Maya membuka celana trainingnya yang tanpa celana dalam itu. Bu Maya mengocok-ngocok penisku, diurutnya seperti gerakan tukang pjit mengurut tubuh pasiennya. Gerakan tangan Bu Maya mengurut naik-turun. Karuan saja penisku semakin membesar dan membesar. Diisapnya penisku yang sudah ereksi besar sekali, dimainkannya lidah Bu Maya di ujung penisku. Setelah itu, Bu Maya menempelkan buah dadanya yang besar itu di penisku. Dijepitkannya penisku kedalam tetek besar itu, lalu di goyang-goyang seperti gerakan mengocok. ” Giaman Man ? enah anggak ? ” ” Enak Bu, awas lho nanti muncrat Bu” jawabku.. ” Enggak apa, ayo keluarkan, nanti kujilati pejuhmu, aku mau kok ?!” . Bu Maya masih giat bekerja giat, dia berusaha untuk memuaskan aku. Tak lama kemudian, Bu Maya naik keposisi atas dan seperti menduduki penisku, tapi lobang memeknya dimasuki penisku. Digoyang terus…hingga aku merasakan nikat yang luar biasa. Tiba -tiba Bu Maya terdiam, berhenti bekerja, lalu berjata :” Rasakan ya Man ? pasti kamu bakal ketagihan ” Aku membisu saja. dan ternya Ohh….memek Bu Maya bisa melakukan gerakan empot-empot, menyedot-nyedot dan meng-urut-urut batang kontolku dari bagian kepala hingga ke bagian batang bawah, Oh….nikmat sekali, ini yang namanya empot ayam, luar biasa kepiawaian Bu Maya dalam bidang oleh seksual. ” Enak syang ?” tanyanya. Belum sempat aku menjawab, yah….aku keluar, air maniku berhamburan tumpah ditenga liang kemaluan Bu Maya.

” Itu yang namanya empot-empot Man, itulah gunanya senam sex, berarti aku sukses l;atihan senam sex selama ini ” Katanya bangga. ” Sekarang kamu puasin aku ya ? ” Kata Bu Maya seraya mengambil posisi nungging. Ku tancapkan lagi kontolku yang masih ereksi kedalam memek bu Maya, Ku genjot terus. ” Yang dalam man…yang dalam ya..teruskan sayang…? oh….enak sekali penismu…..oh….terus sayang ?!” Pinta Bu Maya. Aku masih memuaskan Bu Maya, aku tak mau kalah, kujilati pula lubang memeknya, duburnya dan seluruh tubuhnya. Ternyata Bu Maya orgasme setelah aku menjlati seluruh tubuhnya. ” kamu pintar sekali Man ? belajar dimana ? ” ” Tidak bu, refleks saja” Jawabku.

Sebelum kami meninggalkan tempat itu, Bu Maya masih sempat minta satu adegan lagi. Tapi kali ini hanya sedikit melorotkan celana trainingnya saja. demikian pula aku, hanya membuka bagian penis saja. Bu Maya minta aku melakukanya di dalam mobil, tapi ruangannya sempit sekali. Dengan susah payang kami melakukannya dan akhirnya toh juga mengambil posisinya berdiri dengan tubuh Bu Maya disandarkan di mobil sambil meng-angkat sedikit kaki kanannya.

Agen Terpercaya BandarQiu Bonus Refferal 20%

Sejak saat malam pertama kami itu, aku dan Bu Maya sering bepergian keluar kota, ke pulau seribu, ke pinggir pantai, ke semak-semak di sebuah desa terpencil, yah pokoknya dia cari tempat-tempat yang aneh-aneh. Tak kusadari kalau aku sebenarnya menjadi gigolonya Bu Maya. Dan beliaupun semakin sayang padaku, uang mengalir terus ke dompetku, tanpa pernah aku meminta bayaran. Dia menyanggupi untuk membiayai kuliah hingga tamat, asal aku tetap selalu besama Bu Maya yang cantik itu.